3/31/2021 0 Comments Download Klason Tot Tot Polisi
Sungguh ironis, ketika pers dan industri televisi atau bahkan pegiat dokumenter berani lebih terbuka menyentuh wilayah tabu problematisasi moral penegak hukum, industri film cerita masih keteteran.Jurnalis kawakan Karni Ilyas, saat diwawancara Majalah Playboy Indonesia pada 2006, menyampaikan anekdot bahwa setelah reformasi apapun bebas dilakukan di negara ini.
Bebas Kecuali dua hal yang konsisten tidak bisa bebas diamalkan walau rezim berubah: memakai sandal saat memasuki masjid dan merokok di SPBU. Saya ingin menambahkan satu pengecualian lagi: personil Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI mustahil dikritik, karena bila ada penyimpangan, itu semua tindakan oknum. Oknum adalah istilah yang baru muncul pada 1970, setelah mahasiswa berunjuk rasa atas lambannya pengusutan kasus-kasus korupsi, semisal pengemplangan dana Yayasan Haji, skandal BE, skandal Mantrust, serta penggarongan Pertamina. Usai Soeharto membentuk Komisi Anti Korupsi untuk meredam aksi mahasiswa, media massa mulai diarahkan Departemen Penerangan untuk menggunakan kata oknum saat menyebut pelaku tindak kejahatan berlatar anggota institusi penegak hukum. Seiring waktu, termasuk ketika kini kita hidup di alam reformasi, oknum identik dengan aparat hukum. Dalih oknum masih jamak ditemui saat humas Polri dan TNI mengungkap kasus hukum yang melibatkan anggotanya. ![]() Personel Kopassus membunuh tahanan di Cebongan, Yogya, secara membabibuta Pahlawan. Untungnya selepas reformasi penggunaan istilah oknum perlahan terkikis dari cara tutur media massa. Tidak bisa dibayangkan pada 1980-an, ketika Soeharto sedang kuat-kuatnya, ada koran menulis jenderal polisi punya rekening gendut. Maka dari itu, saat Kolektif Jakarta - sebuah gabungan seniman dan pegiat sinema Indonesia - pada 21 Maret 2015 lalu menggelar pemutaran film bertema Mengalami Kemanusiaan, jujur saya terkejut. Yakni The Fox Exploits The Tigers Might karya Lucky Kuswandi dan Siti arahan Eddi Cahyono. The Fox menggambarkan persahabatan Aseng dan David, dua pelajar SMP di kota yang menjadi basis tentara. Ayah David adalah jenderal, sering menerima setoran barang-barang selundupan. Tak heran di film bersetting 1990-an itu, David bisa memiliki permainan video game. Lucky pun blak-blakan menggambarkan bagaimana keluarga Aseng, yang keturunan Tionghoa, rajin menyetor uang keamanan pada tentara supaya bisnis minuman kerasnya aman. Sementara lewat Siti, Eddie Cahyono menampilkan polisi-polisi di Pantai Parangtritis yang menyita alat-alat karaoke ilegal. Sebagai imbalan mengembalikan peralatan tersebut, polisi itu minta jatah karaoke gratis, hostess paling cantik, dan pasokan minuman keras tanpa henti. Penggambaran Lucky atau Eddie bahkan lebih frontal dibanding Ifa Isfansyah yang menampilkan tentara sebagai jagal orang-orang tertuduh komunis di film Sang Penari (2012). Film The Raid (2011) yang kesohor itupun menampilkan sekilas karakter polisi korup, tapi porsinya sangat minim dan sangat karikatural dibanding jagoan utama yang serba heroik: bersih, lurus, dan ahli adu jotos. Logika cerita semacam itu tanpa sadar tetap mendukung - dan malah melanggengkan - tujuan politis kemunculan kata oknum. Kodrat (1986) arahan Slamet Rahardjo Djarot, merupakan tonggak awal film cerita Indonesia berani menggambarkan polisi yang mengalami dilema moral, karena harus menghabisi adiknya sendiri. ![]()
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |